Bijak Memilih adalah sebuah gerakan indepanden yang diinisiasi oleh Think Policy dan What Is Up Indonesia (WUIU). Bijak Memilih menyelenggarakan kegiatan ini karena melihat permasalahan saat ini akibatkan derasnya arus informasi yang beredar membuat pemilih kesulitan dan memerlukan waktu serta tenaga lebih banyak untuk memilah informasi yang relevan dan aktual bagi mereka. Hal ini menyebabkan pemilih cenderung menentukan pilihan berdasarkan tingkat popularitas saja tanpa mempertimbangkan rekam jejak kandidat dan program/kebijakan yang ditawarkan oleh para kandidat. Akhirnya, kandidat yang tidak populer namun sebenarnya memiliki rekam jejak dan ide kebijakan/program yang baik menjadi tidak terekspos.
Kegiatan ini hadir sebagai salah satu bentuk usaha menjawab permasalah tersebut. Untuk membantu pemilih, khususnya pemilih muda dalam menentukan suaranya dengan menyediakan informasi yang kerdible, relevan, dan dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami. Karena kaum muda memiliki daya tawar tinggi dalam proses politik, khususnya dengan penguasaannya terhadap teknologi dan media digital. Meningkatnya penggunaan internet, khususnya media sosial, berdampak besar pada politik Indonesia dan demokrasi dengan 73,70% dari total penduduk (270 juta jiwa) menjadi pengguna internet pada tahun 2022.
Bijak Memilih berkolaborasi dengan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan bekerja sama dengan Friedrich Ebert Stiftung (FES) Indonesia ingin menciptakan sebuah ruang menjembatani kesenjangan antara pemuda dan praktik kewarganegaraan digital, dengan mendorong pemuda untuk lebih aktif dan terlibat dalam membentuk masa depan demokrasi Indonesia.
Tujuan dari diselenggarakannya kegiatan FGD ini adalah : Pertama, untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana pemuda dapat mengambil peran dalam menentukan arah pembangunan negara khususnya melalui gerakan komunitas. Kedua, menginspirasi pemuda untuk turut membantu program pemerintah dalam pembangunan negara. Ketiga, menumbuhkan peran pemuda untuk mewujudkan demokrasi substansial khususnya melalui ruang-ruang digital. Keempat, memberikan ruang dan kesempatan bagi pemuda untuk menyalurkan dan menuangkan aspirasinya terkait pemilu dan kebijakan publik.
Credit: Muhammad Ilham Zais Asyahad