The Amazing Trip

Awalnya, aku tak pernah berfikir jika di luar sana banyak teman-teman sebayaku yang mempertaruhkan masa muda dan kanak-kanaknya untuk bertahan hidup dan membantu orang tua.

Hari ini aku bersama dengan teman-teman Jakarta Intercultural School, SMK N 20 Jakarta dan SMIP 28 Oktober Jakarta melakukan field trip ke Yayasan Anak dan Perempuan (YAP) yang terletak di bibir muara laut, Cilincing, Jakarta Utara. YAP adalah sebuah lembaga yang aktif melakukan pendampingan kepada anak dan perempuan yang berada dalam situasi eksploitasi seksual. Perjalanan ini sekaligus menjadi  pengalaman pertama dan kunjungan pertamaku ke Yayasan Anak dan Perempuan.

Kami pun sudah menyiapkan banyak hal yang nantinya akan dilakukan bersama dengan teman-teman yang menjadi dampingan dari YAP. Sesampainya di sana, aku pun tak habis pikir ternyata tempat seperti ini masih bisa layak dijadikan sebagai tempat tinggal. Hal ini juga sangat memprihatinkan dan entahlah sangat mengiris hati, mengapa? Karena ternyata mereka dihadapkan dengan sesuatu yang jauh dari harapan.

Aku dan teman-teman yang lain datang berkunjung ke kantor YAP dan dijelaskan tentang apa saja yang sudah dilakukan oleh YAP dalam menangani masalah ini. Sangat mengejutkan sekali karena dari informasi yang kami dapat, mereka menangani banyak sekali anak muda yang dijadikan pekerja seks dan mereka adalah remaha yang berumur sekitar 15 – 18 tahun.

Yayasan Anak dan Perempuan itu sendiri bekerja dalam bidang perlindungan dan pemberian informasi untuk anak-anak yang diajadikan pekerja seks. Mereka dibina dan diberikan pengetahuan kepada teman-teman dampingan YAP agar lebih berhati-hati dari penyakit menular seksual dan sebagainya, seperti tindakan preventif dalam mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Setelah berkunjung dan dijelaskan tentang kerja-kerja dari YAP, kami pun menuju sebuah cafe yang menjadi tempat teman-teman dampingan YAP melakukan aktivitas pekerjaannya di malam hari. Kami sangat senang mereka mau menerima kedatangan kami, karena mungkin tidak sedikit yang mendapat penolakan, maka dari itu aku dan teman-teman yang lain merasa sangat antusias karena mereka menerima kehadiran kami dengan baik. Pertemuan diawali dengan makan pizza bersama dan dilanjutkan dengan saling berkenalan satu sama lain.

Lalu, Beatrice dari JIS mengajak dan mengjari kita semua untuk membuat ice cream bersama. Melihat teman-teman dampingan YAP sangat antusias, membuat kebahagiaan dan kesan tersendiri untuk saya pribadi dan mungkin juga bagi teman-teman lainnya. Semangat dan kebahagiaan mereka seakan menular tanpa disadari pada ku dan teman-teman yang melakukan kunjungan lainnya. Sehingga atmosfer yang terbentuk sangat menyenangkan.

Masih banyak hal yang tidak kita ketahui dari mereka, masih banyak juga dari kita yang kurang peduli atau bahkan tidak peduli dengan mereka, tidak sedikit pula dari kita yang mengetahui situasi seperti yang dialami oleh teman-teman dampingan dari YAP namun tidak melakukan apapun.

Teman-teman kita di sana mengalami tekanan kondisi ekonomi yang mengharuskan mereka rela mengorbankan banyak sekali waktu hanya untuk menghasiklan sesuatu yang bisa digunakan untuk modal penyambung hidup. Betapa sulit hidup mereka, bukan?

Bukan mereka yang memiliki kemauan untuk melakukan pekerjaan seperti ini, semua ini mereka lakukan karena keadaan yang memaksa mereka dan mereka seperti tidak memiliki pilihan lain. Jadi, aku dan teman-teman yang datang untuk berkunjung mengharapkan orang di luar sana bisa ikut menyemangati mereka, karena mereka bagian dari kita.

Kalian tak perlu merasa bahwa kalian lah orang yang paling baik di dunia ini dan jangan pula berfikir kalau ‘kelas’ kalian dan teman-teman kita yang menjadi dampingan YAP ini adalah sesuatu yang harus dipermasalahkan, karena mereka tak peduli itu, yang mereka butuhkan hanya teman untuk bermain di sela-sela kewajiban yang harus mereka lakukan, yang mereka butuh hanya orang yang menganggap mereka ada.

Jadikanlah ini semua sebagai cerminan untuk diri kita agar lebih peduli terhadap sesame dan lebih peka terhadap sekitar, bukankah hidup tidak dilihat dari berapa banyaknya harta yang kalian miliki? Tetapi dari seberapa bermanfaatnya kehidupan kalian untuk orang yang ada di sekitar kalian.

Mungkin hanya itu yang bisa aku sampaikan dan sedikit yang bisa aku beri tahu kepada kalian betapa sangat kerasnya kehidupan di dunia ini. Jika kalian tidak bisa menggunakan kesempatan dengan baik, betap masih banyak di liar sana teman-teman kita yang harus menjajakan dirinya hanya untuk mencari sesuap nasi, betap tidak beruntungnya mereka dan betapa tertekannya mereka, jadi, jaga diri kalian dan hangan mudah percaya orang lain. Bentengi diri kalian masing-masing dengan cara terbaik untuk hasil yang terbaik pula.

 

Selamat malam,

Fahira Mulyana, siswa SMA N 6 Depok dan anggota Forum Anak Kota Depok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *