Jakarta, 24 Juli 2021 – KOMPAK Jakarta bersama delapan
belas lembaga dan komunitas lain berkolaborasi memeriahkan Hari Anak Nasional
dengan mengadakan kampanye Anak Indonesia Makin Cakap Digital.
Kampanye ini menyoroti Keamanan Anak di Ranah Daring dan
disampaikan melalui webinar dengan sub-tema yang berkaitan dengan isu
anak di ranah daring.
Kegiatan webinar yang diselenggarakan melalui Zoom meeting dan
disiarkan juga melalui kanalYoutubeini telah memperhatikan aspek-aspek
keamanan dan keselamatan anak di ranah daring. Zoom meeting diatur
agar fitur obrolan hanya dapat dilakukan ke semua orang sehingga tidak
memungkinkan pertukaran pesan antar individu. Selain itu, untuk menjaga
keamanan identitas peserta anak, fitur kamera juga tidak diaktifkan. Meski
tahun ini pelaksanaan secara luring tidak memungkinkan, hal ini tidak
menyurutkan antusiasme masyarakat khususnya anak-anak Indonesia dalam merayakan
Hari Anak Nasional. Hal ini terbukti dari masifnya jumlah pendaftar yang
mencapai seribu dua ratus peserta dan berasal dari berbagai kalangan.
Tema-tema yang diangkat yakni Adiksi Gawai, Kekerasan
Seksual Anak Secara Online, Cyber Bullying dan
Jejak Digital, dan Hoaks sehingga terdapat empat
klaster dalam webinar tersebut. Adapun KOMPAK Jakarta terlibat dalam
pelaksanaan klaster dua yang menyuarakan Kekerasan Seksual Anak Secara
Online bersama teman-teman dari Aman Warrior (Abner Thomas Tanu) dan
Voice for Changes (Aditya Putra Sutarli dan Vio Fisnanda). Klaster dua mengajak
peserta kegiatan untuk mengenal eksploitasi seksual anak secara online serta
bentuk-bentuknya.
Perwakilan KOMPAK Jakarta, Dwi Auliya Putri, memandu diskusi untuk
bersama-sama membahas lebih jauh eksploitasi seksual terhadap anak secara
online. Setelah penayangan beberapa video, Dwi juga memantik perhatian peserta
dengan mengutip data dari National Center for Missing & Exploited Children
di mana 3 dari 10 anak Indonesia ternyata telah mengalami ESA online. Antusias
menanggapi, para peserta kegiatan menunjukkan empati dan ramai-ramai menyetujui
bahwa pengguna internet khususnya yang masih berumur anak perlu berhati-hati
saat menjelajahi dunia maya.
Abner Thomas Tanu dari Aman Warrior menyampaikan bentuk-bentuk
eksploitasi seksual anak (ESA) online yakni seperti 1) Grooming,
2) Sexting, 3) Sextortion, dan 4) Livestreaming Seksual Anak.
Salah satunya yaitu grooming adalah proses pelaku mendapatkan rasa
percaya dari anak. Dengan mengulik jejak digital anak, pelaku bisa mengenali
anak-anak yang rentan untuk dibujuk rayu. Setelah dekat, pelaku akan membujuk
anak agar tidak bercerita dan merahasiakan interaksi mereka pada orang lain
hingga akhirnya pelaku menggiring komunikasi pada hal-hal yang berbau seksual.
Dwi menyampaikan bahwa bisa jadi bentuk ESA ini terjadi di sekitar kita tapi
kita tidak menyadarinya. Maka, Dwi juga menegaskan untuk menggunakan internet
dengan bijak. Mendukung pernyataan Dwi, Vio membagikan tips agar bijak
berinternet yang disebut BERHATI BAJA. BERHATI BAJA terdiri atas BERHATI
(berhati-hati memilih teman dan informasi), BA (bagikan
pengalaman berinternet dengan orangtua dan sahabat serta bagikan tips aman
berinternet serta pengetahuan baru yang didapat dari berinternet), dan JA
(jaga privasi selama berinternet). Pada klaster ini, peserta kegiatan juga
diajak untuk mengingat TOPCER bila menemui kejadian yang
mengindikasikan ESA online. TOPCER adalah akronim dari TOlak,
Pergi, dan CERitakan.
Melalui peringatan Hari Anak Nasional ini, KOMPAK Jakarta menyampaikan bahwa
ESA bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja bahkan di ranah daring (ESA
online). Untuk mencegahnya, KOMPAK Jakarta mengajak masyarakat khususnya anak
untuk mengenali bentuk-bentuk ESA online dan diharapkan peserta dapat terbekali
dengan BERHATI BAJA dan TOPCER saat berinternet.
Adapun acara ini merupakan buah kolaborasi lembaga dan komunitas yang
tergabung dalam ID-COP yakni Down to Zero, ECPAT Indonesia, ICT Watch, KOMPAK
Jakarta, KUGI, NXG, RTIK, Save the Children, dan SEJIWA. Pelaksanaan kegiatan
juga melibatkan miitra ID-COP yakni Ashoka, Borneo Football International
Foundation, SD Gemala Ananda, Labschool UNJ, Maarif Institute, MAFINDO, SOS
Children’s Villages, Saka Millenial, Forum Anak Komunitas Lebebae, Komunitas
Musik Ukulele, Wahana Visi Indonesia, dan Yayasan Prima Unggul. Tidak hanya
itu, kegiatan yang dilaksanakan pada 24 Juli 2021 ini juga didukung oleh
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA),
Kementerian Pendidikan Nasional dan Ristek Dikti (Kemenristekdikti),
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), serta Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI).
Fitria Wulandari Omnif