Jakarta, 25 September 2016 – masyarakat kian dimudahkan dalam melakukan pelbagai aktivitas seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, seperti melakukan pekerjaan, berkomunikasi dengan kerabat, mencari informasi, dan lain-lain. Kemajuan teknologi informasi banyak memberikan dampak positif, namun juga dibarengi dengan banyaknya konten negative atau bahkan kejahatan siber yang dapat mengancam penggunanya.
Dalam upaya meningkatkan kesadaran anak dan orang muda terkait dampak negatif dari media sosial, ECPAT Indonesia dan KOMPAK Jakarta hadir dalam kajian pekanan yang diselenggarakan oleh Forum Remaja Islam Malaka Jaya, Klender, Jakarta Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh anak-anak usia 11 tahun hingga 17 tahun.
Materi dimulai dengan sesi pemutaran film pendek, diskusi kelompok dan materi dari Kak Wisnu. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kerentanan anak dari kejahatan seksual di internet. Pada sesi pemutaran film, peserta diajak untuk menonton video pendek, masing-masing video menceritakan tentang anak-anak perempuan yang diajak berkenalan di media sosial oleh orang dewasa yang berpura-pura sebagai anak laki-laki. Anak-anak perempuan dala video tersebut dengan mudah diajak berkenalan dan bertemu dengan orang dewasa yang di akun media sosialnya menyamar sebagai anak laki-laki.
Sesi berikutnya, peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan video pendek tersebut dan digali sejauh mana pemahaman mereka tentang bahaya kejahatan seksual yang dilakukan melalui jejaring media sosial, dan kemudian dipresentasikan.
Dari hasil diskusi, beberapa anak menyampaikan bahwa menganggap situasi dalam yang terjadi dalam video tidak terjadi di dunia nyata. Peserta juga menyampaikan pendapat mereka tentang bagaimana cara bersikap apabila situasi tersebut terjadi di sekitar mereka, seperti melaporkan kepada pihak yang berwajib dan lapor ke orang tua. Menurutu mereka, langkah diambil sebagai bentuk mencari dukungan moril hingga didapatkan rasa perlindungan oleh anak-anak.
Selain itu, dari hasil diskusi terlihat bahwa anak-anak sudah mulai bisa mengenali dirinya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan pemahaman mereka mengenai kenapa anak-anak dan remaja mudah untuk dirayu oleh para predator seksual anak di dunia maya. Mereka berpandangan bahwa, anak-anak atau para remaja dapat mudah dirayu dikarenakan kelabilan remaja dan masa eksplorasi remaja, yang nantinya sifat-sifat remaja tersebut dapat membantu predator seksual melancarkan aksinya. Pemahaman akan diri sendiri tersebut diharapkan akan menjadi insight yang dapat digunakan sebagai alarm untuk melindungi diri mereka dari predator seksual anak di jejaring sosial media.
Setelah sesi diskusi, Abdurachman Wisnu Mahardi selaku pemateri memberikan beberapa materi yang berkaitan mengenai ESKA di sosial media. Isi dari materi tersebut terdiri dari pengenalan akan kasus-kasus ESKA yang terjadi, bahayanya predator seksual anak di media sosial, hingga cara-cara yang baik dalam menggunakan media sosial untuk terhindar dari predator seksual anak. Fungsi dari pemberian materi ini adalah untuk, membenarkan miss konsepsi pengetahuan anak yang terbentuk dari sesi diskusi sebelumnya.
Di sesi terakhir, salah satu partisipan akan diminta untuk menyimpulkan pembelajaran yang dilakukan hari ini, dimana anak-anak yang berani menyimpulkan dan mempresentasikan kesimpulan tersebut di depan aula, akan mendapatkan reward , hal tersebut juga berlaku bagi dua kelompok terbaik dalam sesi diskusi
Dari seluruh sesi kegiatan ini, diharapkan anak-anak dapat menganalisis kasus, membangun, pengetahuan mereka sendiri melalui diskusi , memperbaiki miss konsepsi melalu sesi materi, yang nantinya membuat anak memahami materi yang berkaitan dengan ESKA di sosial media secara menyeluruh.