Jakarta, 5 Oktober 2015 – Unicef memaparkan bahwa 30 juta anak Indonesia usia antara 10 hingga 18 tahun memiliki akses terhadap internet. Dari berbagai dampak positif yang ditawarkan internet, ternyata dimanfaatkan untuk ajang bully antar teman dan bahkan public figure sekalipun. Menurut data yang diperoleh Yayasan SEJIWA, 1 dari 5 anak menjadi korban bully di media sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter dan banyak lagi.
Orang tua , guru dan anak-anak tidak sadar akan dampak negatif dari bullying di dunia maya. Selama ini baik KPAI, SEJIWA maupun organisasi-organisasi anak lainnya telah menerima banyak laporan terkait anak-anak yang menjadi korban cyber bullying yang muncul di media sosial. Maraknya laporan kasus yang muncul , maka penting untuk melakukan kegiatan kampanye “Stop Cyber Bullying” dalam upaya meningkatkan kesadaran anak-anak agar mampu berinteraksi dengan sehat di dunia maya dengan cara saling menghormati. Para pendidik dan orang tua juga perlu mendapatkan kesadaran yang sama agar mampu mendampingi anak dalam berinteraksi di dunia internet.
Awal mulanya, anak anak Indonesia yang terdiri dari Caring Teens Community (Jakarta, binaan SEJIWA), CPN (Medan, binaan KKSP), dan Rebung Cendani (Jakarta, binaan SAPA Indonesia) telah memenangkan juara ke 2 lomba mendesain kampanye anak untuk mengatasi kekerasan terhadap anak di Chiang Mai, pada Regional Children’s Meeting, Agustus 2015. Mereka mengambil topik “Stop Cyber Bullying”. Berdasarkan desain tersebut, kampanye ini merupakan implementasi dari desain kampanye yang mereka buat. Selain di Indonesia, kampanye untuk mengatasi kekerasan terhadap anak juga dilakukan oleh anak anak dari negara negara Filipina, Malaysia, Kamboja, Thailand, Vietnam, Myanmar dan Hong Kong. Kampanye regional ini didukung oleh Child Rights Coalition Asia dan Save the Children Sweden.
Kampanye juga didukung oleh banyak organisasi di Jakarta yang bergerak pada isu perlindungan anak, termasuk ECPAT Indonesia dan KOMPAK Jakarta. Alasan ECPAT Indonesia berpartisipasi dalam kampanye cyber bullying karena terdapat keterkaitan antara permasalahan bullying dan isu-isu yang menjadi fokus ECPAT Indonesia. Bullying bisa menjadi salah satu pintu masuk anak-anak ke dalam dunia prostitusi, berawal dari ejekan karena keadaan ekonomi yang berbeda, situasi ini bisa membawa anak ke dalam situasi di mana mereka rela melakukan segara cara untuk mendapat ang demi mendapat pengakuan dari teman-temannya.