Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Destinasi Wisata

Jakarta, 12 Oktober 2015 – Letak geografis dan keindahan alam Indonesia menjadi daya tarik tersendiri baik untuk turis lokal maupun mancanegara. Pemerintah Indonesia pun seakan tidak mau sedikitpun kehilangan laba dari kekayaan alam Indonesia. Berbagai macam promosi dilakukan, mulai dari sistem bebas visa bagi sejumlah negara hingga promosi melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik. Hal ini semata-mata untuk menarik minat wisatawan agar berkunjung ke negara dengan jumlah pulau lebih 17.000 pulau ini.

Berbagai kemudahan yang ditawarkan Indonesia kepada turis asing untuk mengunjungi Indonesia dimanfaatkan oleh predator seks. Selain itu, letak geografis Indonesia yang sangat luas menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia untuk menjamin keamanan seluruh warganya dari segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan dan eksploitasi seksual komersial anak.

Salah satu bentuk Eksploitasi Seksual Komersial Anak yang telah mendapatkan perhatian besar dari media dan masyarakat selama 15 tahun terakhir adalah pariwisata seks anak atau PSA. Pariwisata seks anak kadang-kadang mengacu pada eksploitasi seksual anak dalam pariwisata. Pariwisata seks anak terjadi di berbagai tujuan wisata dan bahkan di tempat-tempat yang sebenarnya tidak memiliki prasarana pariwisata sama sekali. Pariwisata seks anak merupakan ujian terberat bagi dunia tanpa batas dan merupakan sebuah tantangan penting bagi para industri perjalanan dan pariwisata yang selalu berkembang. [1]

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memilki lebih dari 17,000 pulau. Hal ini juga dimanfaatkan oleh para predator seks anak untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata dengan tujuan menjadikan anak sebagai objek seksual. Batam, Bali, Lombok dan beberapa pulau destinasi wisata lainnya adalah beberapa tempat di mana anak-anak sangat rentan menjadi korban eksploitasi seksual. Anak dan orang muda perlu tahu bagaimana cara mencegah, melindungi dirinya dan menyebarkan tentang permasalahan ini kepada khalayak luas, terutama di kalangan anak dan orang muda.

ECPAT Indonesia mempercayai bahwa salah satu aktor penting dalam memerangi eksploitasi seksual komersial anak di destinasi wisata adalah orang muda. Oleh karena itu, ECPAT Indonesia selalu berupaya mendorong partisipasi orang muda untuk selalu bersuara dan terlibat aktif dalam memerangi eksploitasi seksual komersial anak di destinasi wisata.

Sebagai upaya untuk terus mendorong orang muda untuk peka terhadap permasalahan di sekitarnya, ECPAT Indonesia dan ECPAT Internasional melakukan konsultasi dengan orang muda terkait isu eksploitasi seksual terhadap anak di destinasi wisata.  Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak dan orang muda mengenai isu eksploitasi seksual komersial anak di destinasi wisata dan terdapatnya rencana aksi orang muda untuk menyuarakan isu ini. Selain itu, terciptanya jaringan pada organisasi orang muda yang aktif menyarakan permasalahan eksploitasi seksual komersial anak di destinasi wisata menjadi harapan dari aktivitas ini.

Konsultasi ini dihadiri oleh 33 orang peserta yang terdiri dari berbagai kelompok organisasi orang muda, seperti KOMPAK Jakarta, ACTION!, Forum Anak Depok, mahasiswa dan siswa-siswi sekolah menengah atas.

Rencana aksi yang diusulkan oleh peserta konsultasi melalui diskusi kelompok akan disampaikan di Konferensi Regional yang diselenggarakan di Malaysia melalui Virtual youth meeting during IPSCAN Asia Pacific Regional Conference pada tanggal 24 Oktober 2015. 3 peserta terbaik akan dipilih untuk mewakili Indonesia dalam kegiatan tersebut.

[1] Combating child sex tourism : Questions and answers

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *